Rabu, 18 Mei 2016

Qashashul Qur'an



 
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat nabi Muhammad yang paling besar. Al-Qur’an juga sebagai kitab suci yang dijadikan pedoman oleh umat islam. Semua ilmu terkandung di dalam Al-Qur’an.
Peristiwa yang terkait dengan sebab-akibat itu sudah sering terdengar. Bila terjadi malapetaka di Tanah Air seseorang, maka orang itu akan mengambil ibarat dan berita-berita dari masa lalu. Orang senang menelaahnya guna untuk mengetahui kekuatan beramal orang-orang terdahulu itu kemudian hal itu diresapkan ke dalam hati. Pengajaran yang dituturkan dengan mulut itu baus sekali didengar, namun tidak semuanya yang ditangkap oleh pikiran. Tidak semua yang diturunkan itu masuk ke dalam hati. Tapi ketika orang mengambil untuk peristiwa yang terjadi maka di sini jelas sasarannya.
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat kisah-kisah. Baik itu kisah masa lampau ataupun masa depan. Kisah di dalam Al-Qur’an bukan hanya dijadikan cerita dongeng belaka. Tapi di balik semua itu terkandung hikmah yang bisa renungi dan kita ambil manfaatnya untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekarang ada suatu karangan mengnai kisah yang sudah dan menjadi kesenian khusus dalam ilmu bahasa dan kesusteraan. Orang mentamsilkan kisah itu seperti roda yang berputar. Bagi orang Arab, tamsil itu merupakan metode yang cukup kuat. Yang menyampaikan bentuk kisah itu di dalam Al-Qur’an.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan qashash (kisah) ?
b. Apa saja macam-macam kisah dalam Al-Qur’an ?
c. Apa manfaat dari qashasul qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Qashashul Qur’an
Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah, cerita, berita, atau keadaan. Sedangkan menurut istilah Qashashul Qur’an ialah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.[1]
Al-Qur’an meliputi keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri, serta menerangkan bekas-bekas dari kaum-kaum purba terdahulu.[2]

2. Macam-Macam Kisah dalam Al-Qur’an
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu, kisah-kisah dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu :
§  Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu
Contohnya :
o   Kisah tentang dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah : 30-34.
o   Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagimana terdapat dalam Q.S. Al-Furqan : 59, Qaf : 38.
§  Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini
Contohnya :
o   Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti diungkapkan dalam Q.S. Al-Qadar : 1-5.
o   Kisah tenteng kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin dan iblis seperti diungkapkan dalam Q.S. Al-A’raf : 13-14.
§  Kisah hal gaib yang terjadi pada masa yang akan datang
Contohnya :
o   Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti dijelaskan dalam Surat Al-Qari’ah, Surat Az-Zalzalah, dan lainnya.
o   Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di neraka, seperti diungkapkan dalam Surat Al-Ghasiyah dan lainnya.
b. Dari segi materi
Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu :
§  Kisah-kisah para Nabi, seprti :
o   Kisah Nabi Adam (Q.S. Al-Baqarah: 30-39, Al-A’raf: 11, dan lainnya).
o   Kisah Nabi Nuh (Q.S. Hud: 25-49)
o   Kisah Nabi Ibrahim (Q.S. Al-Baqarah: 124, 132, Al-An’am: 74-83)
o   Kisah Nabi Isa (Q.S. Al-Maidah: 110-120)
o   Kisah Nabi Muhammad (Q.S. At-Takwir: 22-24, Al-Furqan: 4, Abasa: 1-10, At-Taubah: 43-57, dan lainya).
§  Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabiannya.
Contohnya :
o   Kisah tentang Luqman (Q.S. Luqman: 12-13)
o   Kisah tentang Dzul Qarnain (Q.S. Al-Kahfi: 83-98)
o   Kisah tentang Ashabul Kahfi (Q.S. Al-Kahfi: 9-26)
o   Kisah tentang Mariyam (Q.S. Maryam: 16-35)
o   Kisah tentang Bangsa Romawi (Q.S. Ar-Rum: 2-4)
o   Dan masih banyak kisah-kisah yang lainnya.
§  Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW.
Contohnya :
o   Kisah tentang Ababil (Q.S. Al-Fil: 1-5)
o   Kisah tentang hijrahnya Nabi SAW (Q.S. Muhammad: 1-3)
o   Kisah tentang perang Badar dan Uhud yang diuraikan dalam Qur’an Surat Ali Imron.
o   Kisah tentang perang Hunain dan At-Tabuk dalam surat At-Taubah, dan lain sebagainya.[3]

3. Faedah dari Qashashul Qur’an
Kisah dalam Al-Qur’an memiliki beberpa faedah yang bagus, yang terpenting adalah sebagai berikut :
Petama, menjelaskan asas dakwah kepada Allah, dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan oleh para nabi.
وما ارسلنا من قبلك من رسول الا نوحي اليه انه لااله الا انا فعبدون ( الانبياء :  25)
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melaikan Kami wahyukan kepadanya, Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan aku  maka sembahlah olehmu Aku." (QS. Al-Anbiya’,21 : 25)
Kedua, menetapkan hati rasul dan hati umat Muhammad terhadap agama Allah. Dan lebih menekankan benarnya orang-orang mukmin dengan datangnya pertolongan dari Allah dan hancurnya kebatilan.[4]
وكلا نقص عليك من انباء الرسل ما نثبت به فؤادك و جاءك فى هذه الحق و موعظة و ذكرى للمؤمنين ( هود : 120 )
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Hud, 11: 120)
Ketiga, membenarkan nabi-nabi yang dahulu dan menghidupkan kembali ingatan kepadanya dan mengabdikan bekas-bekas peninggalannya.
Keempat, memperlihatkan kebenaran Muhammad SAW dalam segi dakwah dengan apa yang  diberitahukan olehnya tentang hal-ihwal masa-masa yang berlalu berabad-abad yang lalu dan sudah beberapa generasi.
Kelima, menyikap kebohongan ahlul kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni. Yang mana telah dirubah isinya dan ditukar-tukar letaknya.(Q.S. Ali Imron, 3: 93)
Keenam, kisah yang mencontohkan tentang adab sopan santun. Enak sekali didengar, dan meresap ke dalam hati.[5]
لقد كان فى قصصهم عبرة لاولى الالباب ( يوسف :111 )
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pegajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf, 12: 111)

4. Mengulang-Ulang Kisah dan Hikmahnya
Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat kisah diulang-ulang yang penyebutannya pada tempat yang berlain-lain. Ada kisah yang disebut lebih dari satu kali dalam Al-Qur’an. Terdapat pada surat yang berbeda-beda, baik pada bagian permulaan maupun bagian belakang. Dan disetiap kisah yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an mengandung suatu hikmah. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut :
Pertama, menandaskan kebalaghahan Al-Qur’an dalam bentuk yang paling tinggi. Diantara keistimewaan-keistimewaan balaghah, ialah menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan di tiap-tiap tempat disebut dengan susunan kalimat yang berbeda dari yang telah disebutkan. Dengan demikian selalu terasa nikmat ketika mendengar dan membacanya.
Kedua, menampakkan kekuatan i’jaz. Menyebut suatu makna dalam berbagai bentuk susunan perkataan yang tidak dapat ditantang salah satunya oleh sastrawan-sastrawan Arab, menjelaskan bahwasanya Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah.
Ketiga, memberikan perhatian penuh kepada kisah itu. Mengulangi kisah adalah suatu cara ta’kid dan salah satu dari tanda-tanda besarnya perhatian, seperti keadaannya kisah Musa dan Fir’aun.
Keempat, berbeda tujuan yang dituju tersebab adanya kisah. Disebutkan ada beberapa arti yang cukup dimengerti maksudnya itu mengenai suatu masalah. Dan menjelaskan arti-arti lain pada seluruh tempat karena berbeda hal ihwal yang berlaku.[6]







BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan dan Penutup
Qashashul Qur’an adalah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para nabi dan rasul, serta kisah-kisah masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
Macam-macam kisah dalam Al-Qur’an ditinjau dari segi waktu dan segi materi. Dari segi waktu terdiri dari kisah gaib masa lampau, kisah gaib masa kini, dan kisah masa yang akan datang. Sedang dari segi materi terdiri dari kisah-kisah para nabi dan rasul, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang belum dipstikan tentang kenabiannya, dan kisah-kisah yang besangkutan dengan Nabi Muhammad SAW.
Faedah dari Qashashul Qur’an adalah menjelaskan asas dakwah, menetapkan hati para rasul dan umat kepada Allah, membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengabdikan peninggalannya, membenarkan Nabi Muhammad dari segi dakwahnya, menyikap kebohongan hlul kitab, dan mencontohkan adab sopan santun.
Adapun hikmah dari mengulang-ulang kisah dalam Al-Qur’an ialah menandaskan kebalaghahan Al-Qur’an ke tempat tertinggi, menampakkan kekuatan i’jaz, memberikan perhatian penuh pada kisah itu, dan berbeda tujuan yang dituju tersebab adanya kisah.
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Keritik dan saran sangat kami butuhkan dalam memperbaiki makalah kami yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya.






DATAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra. 2002
Quthan, Mana’ul. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1995
Syahdali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i. Ulumul Qur’an II. Bandung : CV. Pustaka Setia. 1997


[1] Drs. H. Ahmad Syadali, MA dan Drs. H. Ahmad Rofi’i. Ulumul Qur’an II. hlm. 27
[2] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. hlm. 191
[3] Drs. H. Ahmad Syadali, MA dan Drs. H. Ahmad Rofi’i. Ulumul Qur’an II. hlm. 28-30
[4] Mana’ul Quthan. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. hlm. 146
[5] Ibid, hlm. 147
[6] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. hlm. 193

Metodologi Studi Islam




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dirosah islamiyah atau “Studi ke-Islaman” (di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan kata lain “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yangberhubungan dengan agama islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya”.[1]
Dalam proses pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik yang dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa ‘al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah’ (metode jauh lebih penting dibaning materi), adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaiaan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien.[2]
Metodologi adalah suatu ilmu yang sangat berpengaruh dalam seluruh ilmu pengetahuan. Karena dengan metodologi yang baik dan menarik akan sangat berpengaruh dalam sebuah pemahaman suatu ilmu pengetahuan, termasuk “Studi Islam”. Begitu pula sebaliknya, metodologi yang kurang baik dan juga kurang menarik akan menyulitkan serta menyusahkan dalam memahami suatu ilmu pengetahuan. Karena itulah, kita akan membahas metodologi Studi Islam, di dalam makalah yang sangat sederhana ini.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa hal sebagai berikut :
1.      Apa pengertian metodologi studi islam ?
2.      Apa saja ruang lingkup metodologi studi islam ?
3.      Bagaimana pendekatan dan metode studi islam ?
4.      Apa kegunaan metodologi studi islam ?













BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Studi Islam
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata : “metodos” berarti “cara atau jalan”, dan “logos” berarti “ilmu”. Metologi berarti ilmu tentang cara atau jalan. Untuk memahami kata metodologi, terlebih dahulu kita harus memahami kata metode. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode” adaah “Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.”[3]
Berdasarkan asal kata metodologi seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, metodologi adalah ilmu tentang cara  atau jalan untuk sampai kepada tujuan. Pendapat Asmuni Syukir, menjelaskan metodologi adalah “ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.”
Pengertian studi islam secara umum adalah usaha yang sistematis dalam membentuk manusia-manusia yang bersikap, berfikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh agama islam. Menurut H. M. Arifin, studi islam adalah suatu sitem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.
Pengertian metodologi studi islam, menurut M. Zein adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki. Pendapat lain, menurut Zuhairini dan kawan-kawan, studi islam adalah segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan agama, melalui berbagai aktifias baik di dalam maupun di luar lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi studi islam ialah jalan yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian islam dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh Al-Qur’an dan hadis.[4]

B. Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam
Untuk lebih mudah dalam memahami mtodologi pendidikan islam, perlu kita memahami ruang lingkup dari metodologi tersebut. Menurut Abu Ahmadi, dalam bukunya “Didaktik dan Metodik” mengatakan, bahwa ruang lingkup pendidikan islam pada dasarnya mengacu kepada lima hal seperti di bawah ini :
1.      Perencanaan
Perncanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan sesuatu.

2.      Bahan pembelajaran
Bahan disebut juga dengan materi, maksudnya ialah sesuatu yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM).

3.      Strategi pembelajaran
Strategi berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu”. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah taktik yang digunakan dalam melaksanakan/praktek mengajar di kelas.

4.      Media pembelajaran
Media disebut juga sebagai alat. Yaitu sarana yang dapat membantu PBM atau menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasaran tersebut.

5.      Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.[5]
C. Pendekatan dan Metode Studi Islam
Untuk memahami sebuah studi, diperlukan sebuah pendekatan-pendekatan. Maka studi islam menggunakan cara pendekatan yang sekiranya relevan, yang lebih bersifat multidisiplin, yaitu pendekatan kesejarahan, kefilsafatan, dan pedekatan ilmiah. Ditambah, pendekatan doktriner yang bersifat konvensional.
Pertama, pendekatan kesejarahan atau historis. Maksudnya adalah meinjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta menganaisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah.
Kedua, pendekatan kefilsafatan. Maksudnya adalah melihat suatu permasalahan dari tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan suatu masalah menggunakan metode analisis filsafat.
Ketiga, pendekatan ilmiah. Maksudnya adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan atau obyek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya.
Dan keempat, pendekatan doktriner atau pendekatan studi islam secara konvensional merupakan pendekatan studi islam yang berlangsung saat ini. Maksudnya adalah bahwa agama islam sebagai obyek studi diyakini sebagai suatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal.
Keempat pendekatan tersebut dimaksudkan bukanlah pendekatan-pendekatan yang dilakukan sendiri-sendiri, melainkan satu-kesatuan yang melengkapi satu sama lain.
Setelah mengetahui pendekatan-pendekatan tersebut, kita beralih ke metode studi islam. Adapun metode studi islam secara singkat dapat dilihat sebagai berikut :
1. Metode diakronis
Suatu metode mempelajari islam yang menonjolkan aspek sejarah.
2. Metode sinkronik-analitik
Suatu metode mempelajari islam yang memberikan kemampuan analisis teoritsiayang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek umat islam.
3. Metode problem solving (hallu al-musykilat)
Metode mempelajari islam yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.
4. Metode empiris (tajribiyah)
Suatu metode mempelajari islam yang memungkinkan umat islam mempelajari ajarannya melalui proses realisasi, aktualisasi dan internalasi norma-norma dan kaidah islam dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
5. Metode deduktif (al-manhaj al-istinbathiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan filosofis, dan selanjutnya kaidah-kaidah itu diimplikasikan untuk menentukan masalah-masalah yang dihadapi.
6. Metode induktif (al-manhaj al-istiqraiyah)
Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah-masalah furu’ yang disesuaikan dengan madzabnya terlebih dahulu.[6]

D. Kegunaan Metodologi Studi Islam
Untuk mempejelas kegunaan metodologi studi islam, dapat ditinjau dari fenomena yang muncul dalam perkembanngan peradapan manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantias tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
Kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Semakin intens interaksi sosialnya semakin cepat pula perkembangannya. Namun, aneka ragam informasi akan tetap merupakan informasi tanpa makna, bila manusia tidak mampu menganalisisnya, mengabstraksikan dan menemukan hubungannya yang unik dan menjadikan sebagai wawasan yang tepat.[7]
Untuk itu diperlukan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkan berbagai kemampuan tersebut. Salah satunya ialah studi islam. Dalam mempelajari studi islam kita perlu mempelari metodologi studi islam, sebagaimana telah dipaparkan di atas. Adapun kegunaan metodologi studi islam adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat yang diperlukan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
2. Untuk mengetahui sifat dan ciri khusus dari macam-macam mata pelajaran, hakikat anak didik, dan lain-lain.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan metode mengajar.
4. Mempermudah pengajaran agama islam dalam menerapkan dan menanamkan ideologi yang mantap sehingga tidak hilang kepercayaan murid terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam Al-Qur’an.
5. Memperjelas materi keagamaan bagi murid, baik yang bersifat logika maupun yang estetika sehingga pengetahuan murid dapat terbentuk di dalam satu pemahaman yang sama.[8]




BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Metodologi studi islam adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara atau jalan untuk memahami kajian-kajian yang ada dalam islam. Dalam ruang lingkup perencanaan, bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi.
Dengan melalui pendekatan kesejarahan, pendekatan kefilsafatan, pendekatan ilmiah dan pendekatan doktriner. Dan melalui metode diakronis, metode snkronik-analitik, metode problem solving, metode empiris, metode deduktif, dan metode induktif.
Yang berfungsi dan berguna untuk menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan islam tercapai dan berjalan dengan lancar.dengan kata lain untuk mempermudah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) agama islam, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Mungkin cukup ini makalah yang dapat kami buat. Keritik dan saran dari kawan-kawan sangatlah kami butuhkan. Guna untuk perbaikan makalah kami yang selanjutnya. Terima kasih atas partisipasinya. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.







DAFTAR PUSTAKA

1.      Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakata: Pustaka Pelajar. 2008
2.      Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002
3.      Muhaimin, dkk. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama. 1994


[1] Drs. Muhaimin, M.A, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, hal.11
[2] Dr. Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, hal.39
[3] ibid, hal.87
[4] Ibid, hal.88
[5] Ibid, hal.89-92
[6] Drs. Muhaimin, M.A, dkk, op.cit, hal.23-28
[7] Prof. Dr. H. Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam, hal.30-31
[8] Dr. Armai Arief, M.A, op.cit, hal.95-96