KEMUNDURAN
TIGA KERAJAAN BESAR
A.
PENDAHULUAN
Sejarah
merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa
depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam
pada masa lampau. Kerajaan turki usmani yang
berdiri dari 1290 hngga 1924, kerajaan syafawi dari 1252-1736, sedang kerajaan
mughol dari 1526-1959 telah banyak mengalami perputaran roda kepemimpinan.
Sejarah tiga kerajaan islam bukan semata rentetan peristiwa, lebih dari itu
ia merupakan kumpulan ga,bar yang menyikap rangkaian prestasi dan kegagalan,
kecermelanagan, dan kemalanagan, serta kejayaan dan akhirnya kehancuran.
Dalam buku
(Ikhwan ,2010:81) menyebutkan sebuah hadist dari rasulullah saw[1] : “sesudahku aka nada penguasa-penguasa (aimmah) yang tidak mengambil
petunjuk dari petunjuku dan tidak mengoikuti sunnahku. Diantar mereka ada yang
berhati setan dan berbadan manusia”. “Khalifah sesudahku akan berlangsung selam tiga puluh tahun, setelah itu
akan da raja-raja yang menurunkan kekuasaan kepada anak-anaknya”.
Dengan
adanya hadis yang dikutip oleh umer cukup menambah bukti bahwa dimanapun
kerajaan berdiri akan berakhir dengan kehancuran yang itu karena adanya manusia
yang tidak sehati dalam menjalankan amanah pemerintahan, seperti adanya
pemerintahan, yang monarki absolute, kemudian sifat beragam raja yang sangat
bermegahan ketika menduduki tahta kerajaan, menindas kaum bawahan yang lemah
seperti adanya pajak wajib yang harus diberikan rakyat kepada kerajaan, dan
masih banyak lagi penyebab runtuhnya berbagai kerajaaan islam khususnya turki,
safawi, serta mughol.
Disnilah
sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah
kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang
untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa
pun.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
2. Kemunduran Kerajaan Safawi
3. Kemunduran Kerajaan Mughol
C.
PEMBAHASAN
A. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Dimasa dinasti usmani, ini didirikan oleh bangsa turki dari kabilah
oghus tepatnya didaerah mongol dan daerah utara negeri cina. Kemudian
sang rajanya yaitu usman yang bergelar padisyah al-usmani. Wilayah turki usmani
meliputi sebagian Negara Eropa, Asia Tengah, Afrika dan Semenanjung Arab.[2]
Namun pada akhirnya mengalami kemunduran. Belakangan hanya Turki saja sebagai
wilayah dinasti tersebut.
Kemunduran
tersebut lebih disebabkan adanya pertentangan intelektual dinasti usmani serta pemberontakan
dan upaya pelepasan diri dari Negara jajahan.
Banyak
faktor yang menyebabkan kerajaan usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya
adalah:
1.
Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Adminitrasi
pemerintah bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan
kompleks, sementara adminitrasi pemerintah kerajaan usmani tidak beres. Di
pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas,
sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.
2.
Heterogenitas penduduk
Sebagai
kerajaan besar, turki usmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup asia
kecil, Armenia, irak, syiria, hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libya, Tunis,
Al-Jazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hungaria, dan
Rumania di Eropa.
3.
Pribadi para penguasa
Sepeninggalan
Al-qonuni ,Turki dipegang oleh sultan-sultan yang lemah.tampaknya penguasa
Turkia hanya menuruti ambisi penaklukan, sementara sistem pemerintahan
diabaikan. Akibatnya pemerintah menjadi kacau. Kekacauan itu tidak dapat
diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.[3]
4.
Budaya Pungli
Budaya ini
sudah umum dalam kerajaan ini, setiap jabatan yang diraih pasti harus ada kata
“bayar” ataupun sogokan, maka menyebabkan dekadensi moral kian merajalela
sehingga merapuhkan kekuatan kepemimpan.[4] Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan
dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5.
Pemberontakan
Diantara
pemberontakan yang mempercepat runtuhnya turki usmani diantara pemberontakan
itu meliputi gerakan wahabi semenanjung Arab, yang dipimpin oleh Muhammad bin
abd al- wahhab yang berkoalisi dengan M. bin Saud Penguasa najed namun
dapat dipatahkan oleh gubenur Ali Pasya sebab pemberontakan ini bertujuan
memurnikan ajaran tauhid dalam ajaran Al-Quran dan Sunnah.[5]
Pemberontakan
Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi
menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh
keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya
pemberontakan-pemberontakan.[6]
Mereka adalah tentara yesseri tinggal dibayangkan saja jika mereka melakukan
pemberontakan. Ada pula kegagalan serangan ke Wina 1683 merupakan anggapan hancurnya
kejayaan usmani karena espansi turki ke Eropa mengalami stagnansi.[7]
6.
Merosotnya ekonomi
Akibat
perang yang tak pernah berhenti perekonomian Negara merosot. Pendapatan
berkurang sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7.
Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan
Tegnologi
Keraajan
usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya
mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi
dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Demikianlah
proses kemunduran kerajaan besar usmani. Pada masa selanjutnya, di periode
modern, kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa
segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya
berada di kekuasaan kerajaan Usmani, terutama di Timur Tengah dan Asia Utara.
B. Kemunduran Kerajaan Safawi
Ismail
safawi lahir di ardabil, 25 rajab 892h/17 juli 1487 m merupakan pendiri dan
penguasa pertama dinasti safawi yang berkuasa di iran.
Sepeninggal
Abbas 1 Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu safi
mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), sulaiman (1667-1694 M), Husain
(1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Adapun
penyebab kemunduran kerjaan syafawi yaitu:
1.
Kepemimpinan
Safi Mirza,
cucu abbas I adalah seorang pemimpin yang lemah, ia sangat kejam terhadap
pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah di
capai oleh Abbas I segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah
Afghanistan) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan
mughol yang ketika itu di perintah oleh Sultan Syah Jehar, sementara Baghdad
direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II
adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan
meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masanya kota
Qandahar dapat direbut kembali.
Sebagaimana
Abbas II, sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para
pembesar yang di curigainya. Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintah, ia diganti oleh Shah Husain Alim. Pengganti Sulaiman ini memberi
kekuasaan yang besar kepada para ulama’ Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golonhan Sunni Afganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan dinasti Safawi.[8]
Penyebab
lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan
safawi. ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman,
disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta
harem- haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani
pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein.
Tidak kalah
penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.[9]
2.
Pemberontakan
Pemberontakan
bangsa Afgan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan
Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan terjadi di
heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays dig anti
oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Ia berhasil mempersatukan pasukannya
dengan pasukan Ardabil. Dengan kekuatan gabungan ini, Mir Mahmud berusaha
memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afghan dari
kekuasaan safawi. Ia bahkan berusaha menguasai Persia.
Karena
desakan dan ancamanMir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir
Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli
Khan (budak Husein). Dengan pengakuan ini Mir Mahmud menjadi lebih
leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M ia dapat merebut han, mengepungnya selama 6
bulan dan memaksa Shah Husein untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12
Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Miir Mahmud memasuki kota
Isfahan dengan penuh kemenangan.
3.
Aliran
Diantara
sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan safawi ialah konflik
berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi kerajaan Usmani berdirinya kerajaan
Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah
kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun
pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I.
namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu
dapat di katakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar
islam tersebut.
Penyebab
penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk
oleh abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak di siapkan secara terlatih dan
tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara
itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan
semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
C. Kemunduran Kerajaan Mughol
Kerajaan
Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan
pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India Kerajaan
Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti
sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar
dan Berjaya.[10]
Kerajaan
mughol merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, karena Pendiri
kerajaan ini oleh Zahiruddin Babur, keturunan timur lenk.[11]
namun setelah epeninggalanya roda pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya Humayun
barangkali adalah masa-masa pemerintahan yang paling kejam, menindas, dan
merusak sepanjang kaum muslimin. Ketika kerajaan mongol dan timur pecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil, dunia islam menjadi terkotak-kotak dan jatuh pada
kekuasaan yang berdinsati.[12]
Kemudian
raja Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras.
Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada
akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya[13].
Pada masa
Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat di atasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan
Aurangzebyang dengan keras menetapkan pemikiran puritanismenya. Setelah itu
wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya.
Ada beberapa
faktor penyebabkan kekuasaan dinasti Mughol itu mundur pada satu setengah abad
terakhir, dan membawa kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.
Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan
militer sehingga operasi militer inggris di wilayah- wilayah pantai tidak dapat
segera dipantau oleh kekuatan mughol. Begitu juga kekuatan pasukan darat.
Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal
sendiri;
2.
Pada masa
humayun ini di hiasi dengan peperangan seperti pada 1535 di Baksar dekat
Banaras melawan pasukan Sher Khan, kekelahanpun terjadi.[14]
3.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan
elit politik, yang sangat boros dalam penggunaan uang Negara. Ini
memicu terjadinya krisis financial, padahal tingkat pajak sudah begitu tinggi.
Untuk keluar dari krisis ini, Gaykhatu (690-694 H/1291-1295 M), penguasa ke-5
dari dinasti Mongol mencoba memperkenalkan uang kertas yang kemudian tidak
diterima oleh rakyat.[15]
Walupun Ghazan Khan penguasa ketujuh mugholmemperkenalkan sejumlah reformasim
bangsanya,tetap saja kemerosotan perdangan yang terus meluas dan menyebabkan
kehancuran sendi-sendi ekonomi;
4.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar”
dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya;
5.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir
adalah orang- orang lemah dalam bidang kepemimpinan.[16] Seperti
kedudukan raja hanya sebagai simbol dan lambang belaka. Para raja diberi gaji
pada kolonial Inggris yang menghidupi istana.[17]
6.
Sector pertanian
Kurangnya pemeliharaan saluran
irigasi menimbulkan dampak adanya kemerosotan ekonomi pada titik paling rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, M. Umer,Peradaban
Muslim. Dalam Muslim Civilization. The Cause Of Decline And The
Need For Reform, penerjemah Ikhwan Abidin Basri,
Jakarta:Amzah, 2010)
Hamka, Sejarah Umat Islam III, dalam
buku Badri Yatim. Jakarta:
Bulan Bintang, 1981
M Amin Abdullah, Ahmad Syafii Maarif. Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Phublisher, 2007
Philip K. Hitti, History of Arab, oleh R. Cecep
lukman Yasin dan Dei Slamet riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010
Sholikhin,M, Sejarah Peradaban Islam .
Semarang: RASAIL, 2005
Syukur , Fatah, Sejarah Peradaban Islam,Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2010
Munir Amin, Syamsul, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Ketua TIM Penulis M. Syafii
Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Istanbul, Tazkia Publishing:
Jakarta, 2012.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003
http://mashajirismail.wordpress.com/.Pkl. 07.09. 11/12/12
[1]
M. Umer Chapra, PERADABAN MUSLIM, dalam Muslim Civilization, The Cause Of Decline And The Need For Reform,
penerjemah Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta:Amzah, 2010), hlm.83
[2] M. Sholikhin, Sejarah Peradaban Islam , (Semarang: RASAIL, 2005 ),
hml. 106
[3]
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam,(Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2010), hlm.151
[5]
Ketua TIM Penulis M. Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam
Istanbul, (tazki publishing: Jakarta, 2012). Hlm.165
[7]
Philip, K.
hitti, History of Arab, oleh R. Cecep lukman Yasin dan Dei Slamet
riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm.915
[8]
Hamka, Sejarah Umat Islam,III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hlm.
71-73
[12]
Umer Chapra, Peradaban Muslim, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.85
[14]
Ahmad Syafii
Maarif, M Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Book Phublisher, 2007), hlm.315
[17]
Ahmad Syafii
Maarif, M Amin Abdullah, Op.Cit, hlm. 318
Tidak ada komentar:
Posting Komentar